BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Seni Rupa Tiga Dimensi
Seni merupakan usaha
manusia untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan (menurut Herbert
Read). Ditambah lagi menurut Suzanne K. Langer bahwa seni merupakan simbol dari
perasaan. Kemudian, rupa sendiri
merupakan sesuatu yang dapat dilihat dan diraba baik dalam segi bentuk, warna
maupun teksturnya. Pengertian
dimensi adalah ukuran yang meliputi panjang, lebar, dan tinggi.
Jadi,
Seni rupa tiga dimensi (trimatra) adalah hasil cipta manusia yang dapat dilihat
dan diraba serta memiliki volume atau seni rupa yang memerlukan ruang, karena
mempunyai ukuran panjang, lebar, dan tebal. Karena seni rupa tiga dimensi tidak
mempunyai bidang datar dan tidak datar, sehingga penempatannya berdiri lepas
artinya tidak tergantung pada dinding sebagai dasarnya, sebagai contohnya
patung, seni bangunan (arsitektur), dan seni terapan misalnya perabotan rumah
tangga.
B. Struktur-Struktur Seni Rupa
Seni rupa merupakan
salah satu kesenian yang mengacu pada bentuk visual atau sering disebut bentuk
perupaan yang merupakan komposisi dari unsur-unsur rupa. Dalam penyusunan unsur
rupa dalam mewujudkan bentuk pada seni rupa juga diperlukan hukum atau asas penyusunan. Berikut unsur,
prinsip, dan asas dalam seni rupa.
1.
Unsur
Seni Rupa
a.
Unsur
Garis
Simbol
emosi yang diungkapkan lewat garis, atau lebih tepat disebut goresan. goresan
atau garis yang dibuat oleh seorang seniman akan memberikan hasil kesan
psikologis yang berbeda pada setiap garis yang dihadirkan. Berikut peran garis
dalam suatu karya seni rupa yaitu:
1)
Garis mempunyai peranan sebagai garis
yaitu hanya memberi tanda logis, seperti yang terdapat pada ilmu- ilmu eksata/pasti.
2)
Garis mempunyai peranan sebagai lambang
yang kehadiranya merupakan lambang informasi yang sudah merupakaan pola baku
dari pola kehidupan sehari-hari seperti pola lambang yang terdapat pada logo,
tanda peraturan lalu lintas.
3)
Garis mempunyai peranan untuk
menggambarkan sesuatu secara representatif, seperti yang terdapat pada gambar
ilustrasi dimana garis meruakan medium untuk menerangkan kepada orang lain.
4)
Garis merupakan simbol ekspresi dari ungkapan
seniman, seperti garis-garis yang terdapat dalam seni non figuratif atau juga
pada seni ekspresionisme dan abstraksionisme.
b.
Unsur
Shape (Bangun)
Bangun
adalah suatu bidang kecil yang terjadi karena dibatasi oleh sebuah kontur
(garis) dan atau dibatasi oleh adanya warna yang berbeda atau oleh gelap terang
pada arsiran atau karena adanya tekstur. Di dalam seni, shape digunakan seagai
simbol perasaan seniman di dalam menggambarkan objek hasil subject matter, maka
terkadang tidak mengherankan jika seseorang kurang dapat menangkap atau
mengetahui secara pasti tentang objek hasil pengolahanya. Shape (bidang) yang
terjadi dapat menyerupai wujud alam (figur) dan tidak sama sekali menyerupai
wujud alam (non figur). Perubahan wujud tersebut antara lain:
1) Stilisasi
merupakan cara penggambaran untuk mencapai bentuk keindahan dengan cara menggayakan
objek objek atau benda yang digambar, yaitu denga cara menggayakan objek atau
benda yang digambar, yaitu dengan cara menggayakan setiap kontur pada objek
atau benda tersebut. Contoh : karya seni yang banyak menggunakan bentuk
stilisasi yaitu penggambaran bentuk ornamen untuk motif batik, lukisan
tradisional Bali.
2) Distorsi
adalah penggambaran bentuk yang menekankan pada pencapaian karakter, dengan
cara menyangatkan wujud-wujud penggambaran tertentu pada benda atau objek yang
digambar. Misalnya pada penggambaran tokoh figur gatutkaca.
3) Transformasi
adalah penggambaran bentuk yang menekankan pada pencapaian karakter, dengan
cara memindahkan wujud atau figur dari objek lain ke objek yang digambar.
4) Disformasi
adalah penggambaran bentuk yang menekankan pada interpretasi karakter, dengan cara mengubah bentuk objek dengan cara
menggambarkan objek tersebut dengan hanya sebagian yang dianggap mewakili, atau
pengambilan unsur tertentu yang mewakili karakter hasil interpretasi yang
sifatnya sangat hakiki. Perubahan ini banyak terdapat pada seni lukis modern
c.
Unsur
Texture (Rasa Permukaan Bahan)
Tekstur
adalah Rupa yang menunjukan rasa permukaann bahan, yang sengaja dibuat dan
dihadirkan dalam susunan untuk mencapai bentuk rupa, sebagai usaha untuk
memberikan rasa tertentu pada permukaan bidang pada perwajahan bentuk pada
karya seni rupa secara nyata atau semu.
d.
Unsur
Warna
Warna merupakan kesan yang ditimbulkan cahaya pada
mata (Soegeng TM. ed., 1987:77) (dalam Kartika, 2007). Peranan warna sendiri
warna sebagai warna, warna sebagai representasi alam, warna sebagai
lambang/simbol, dan warna sebagai ekspresi.
1)
Warna sebagai
warna yaitu kehadiran warna hanya sebagai tanda pada suatu benda atau barang,
atau hanya untuk membedakan ciri benda satu dengan lainya tanpa maksud
tertentu.
2)
Warna sebagai
representasi alam yaitu kehadiran warna sebagai peggambaran sifat atau objek
secara nyata, atau penggambaran dari suatu objek alam sesuai dengan apa yang
dilihatnya. Misalnya warna hijau untuk menggambarkan daun, rumput dan biru
untuk laut dan gunung.
3)
Warna sebagai
tanda/lambang/simbol warna sebagai lambang atau melambangkan sesuatu yang
merupakan tradisi atau pola umum. Kehadiran warna disini banyak digarap oleh
seniman tradisi dan banyak dipakai untuk memberikan untuk memberikan warna pada
wayang, batik tradisional dan tata rupa lain yang punya citra tradisi. Juga
disini untuk memberikan tanda tertentu yang sudah merupakan satu kebiasaan umum
atau pola umum, misal tanda merah, hujau, kuning pada lampu jalan. Demikian
juga merupakan lambang tertenu yang dipakai dalam karya seni seperti seperti
pada logo, badge, batik wayang, dan bsana tradisional. Mislanya warna putih
berarti suci.
Standar
warna yang dialternatifkan oleh Albert H. Munsell (1912) (dalam Kartika, 2007) menyempurnakan
sistem dari angka-angka warna dan terminologinya, berdasarkan atas penyelidikan
pada standarisasi warna yang dapat digunakan untuk aspek-aspek fisik dan
psikologi. Sistem Munsell mendasarkan pada dimensi kualitas warna yaitu:
1)
Hue
Hue adalah istilah yang
digunakan untuk menunjukkan nama dari suatu warna seperti merah, biru, hijau,
dan sebagainya. Perbedaan antra warna biru dan warna hijau adalah perbedaan Hue. Musell memilih 5 buah hue yang
merupakan dasar yaitu : merah, kuning, hijau, biru, dan ungu. Di antara masing-masing
hue pada kelima hue dalam lingkaran musell ini, tepat di tengah-tengahnya
adalah hue hue intermediate misalnya
diantara hue merah dan kuning terdapat hue
intermediate merah kuning (orange) dan seterusnya, yang bisa disebut
intermediate pertama. Kemudian hue dasar dengan hue intermediate pertama terdapat
hue intermediate kedua, misalnya hue dasar merah dengan intermediate pertama
merah kuning (orange) terdapat hue intermediate kedua yaitu merah kuning (merah
orange).
2)
Value
Secara teoritis hanya
membicarakan mengenai kegelapan dan kecerahan daripada warna. Menurut Musell
ada 11 tingkatan value netral, termasuk putih dan hitam yang secara teoritis
bukan warna tetapi mempunyai hubungan dengan warna. Ini membawa value 5 pada setengah
jarak. Putih yang murni lebih cerah/terang dari warna manapun dan disebut value
10, sedangkan hitam jet lebih gelap dari warna manapun ditempatkan pada dasar
skala sebagai value 0.
Tint
adalah kecerahan dari sesuatu warna ke putih atau value yang lebih terang/
cerah dari pada warna normal. Tone adalah kecerahan dari warna normal ke abu –
abu.
Shade
adalah kecerahan warna menuju ke hitam atau dengan kata lain value yang lebih
gelap dari warna normal.
3)
Intensity/chroma
Chroma diartikan
sebagai gejala kekuatan/intensitas warna (jernih atau suramnya warna). Warna yang
mempunyai intensity penuh/tinggi adalah warna yang sangat mencolok dan
menimbulkan efek yang brilian, sedangkan warna yang intensity-nya rendah adalah
warna-warna yang lebih berkesan lembut.
e.
Ruang
dan Waktu
Ruang
dalam unsur rupa merupakan wujud tiga matra yang mempunyai panjang, lebar, dan
tinggi (mempunyai volume). Untuk meningkat dari satu matra ke matra yang lebih
tinggi dibutuhkan waktu. Ada perbedaan yang terjadi tentang waktu pada seni
pertunjukan dan seni rupa. Seni pertunjukan terikat dalam ruang dan waktu yang
disajikan, sedang waktu dalam seni rupa merupakan waktu successive. Waktu yang digunakan dalam penghayatan tidak dapat
hanya berlangsung secara simultan tetapi secara bertahap untuk mencapai
kedalaman estetika.
2.
Prinsip
Penyusunan Seni Rupa
a.
Paduan
Harmoni (Selaras)
Merupakan paduan
unsur-unsur yang berbeda dekat. Jika unsur-unsur estetika dipadu secara
berdampingan, maka akan timbul kombinasi tertentu dan timbul keserasian
(harmoni). Interval sedang menimbulkan laras dan desain yang halus umumnya
berwatak laras .
b.
Paduan
Kontras
Merupakan paduan
unsur-unsur yang berbeda tajam. Semua matra sangat berbeda (interval besar),
gelombang panjang pendek yang tertangkap oleh mata atau telinga menimbulkan
warna/suara. Pertentangan adalah dinamika dari eksistensi yang menarik
perhatian. Kontras merangsang minat, kontras menghidupkan desain, kontras
merupakan bumbu komposisi dalam pencapaian bentuk. Tetapi perlu diingat bahwa
kontras yang berlebihan akan merusak komposisi, ramai dan berserakan.
c.
Paduan
Irama (Repetisi)
Repetisi merupakan
pengulangan unsur-unsur pendukung karya seni. Repetisi atau pengulangan
merupakan selisih antar dua wujud yang terletak pada ruang dan waktu, maka
sifat keduanya bersifat satu matra yang dapat diukur dengan interval ruang,
serupa dengan interval waktu antara dua nada musik beruntun yang sama.
d.
Paduan
Gradasi (Harmoni Menuju Kontras)
Gradasi Merupakan satu
sistem paduan dari laras menuju ke kontras, dengan meningkatkan masa dari unsur
yang dihadirkan yang merupakan paduan dari i9nterval kecil ke interval besar,
yang dilakukan dengan penambahan atau pengurangan secara laras dan bertahap.
Gradasi merupakan penggambaran susunan monoton ke dinamika yang menarik.
3.
Asas
Penyusunan Seni Rupa
a.
Asas
Kesatuan (Unity)
Kesatuan
adalah kohesi, konsistensi, ketunggalan atau keutuhan, yang merupakan isi pokok
dari komposisi. Kesatuan merupakan efek yang dicapai dalam suatu susunan atau
komposisi di antara hubungan unsur
pendukung karya, sehingga secara keseluruhan menampilakan kesan tanggapan
secara utuh. Berhasil tidaknya pencapaian bentuk estetika suatu karya ditandai
oleh menyatunya unsur- unsur estetik,
yang ditentukan oleh kemampuan memadu keseluruhan. Dapat dikatakan bahwa tidak
ada komposisi yang tidak utuh.
b.
Keseimbangan
(Balance)
Keseimbangan
dalam penyusunan adalah keadaan atau kesamaan antara kekuatan yang saling
berhadapan dan menimbulkan adanya kesan seimbang secara visual ataupun secara
intensitas kekaryaan. Bobot visual ditentukan oleh ukuran, wujud, warna,
tekstur, dan kehadiran semua unsur dipertimbangkan dan memperhatikan
keseimbangan.
c.
Kesederhanaan
(Simplicity)
Kesederhanaan
dalam disain pada dasarnya adalah kesederhanaan selektif dan kecermatan
penglompokan unsur-unsur artistik dalam disain. Adapun kesederhanaan ini
mencangkup beberapa aspek antaranya sebagai berikut:
1)
Kesederhanaan
unsur artinya unsur-unsur dalam desain atau komposisi hendaklah sederhana,
sebab unsur yang terlalu rumit sering menjadi bentuk yang mencolok dan
penyendiri, asing atau terlepas sehingga sulit diikat dalam kesatuan
keseluruhan.
2)
Kesederhanaan
stuktur artinya suatu komposisi yang baik dapat dicapai melalui penerapan
struktur yang sederhana, dalam artinya sesuai dengan pola, fungsi atau efek
yang dikehendaki.
3)
Kesederhanaan
teknik artinya sesuatu komposisi jika mungkin dapat dicapai dengan teknik yang
sederhana. Kalaupun memerlukan perangkat
baru, diupayakan untuk menggunakan perangkat prasaja, bagaimanapun nilai
estetik dan ekspresi sebuah komposisi, tidak ditentukan oleh kecanggihan
penerapan perangkat bantu teknis yang sangat kompleks kerjanya.
d.
Aksentuasi
(Emphasis)
Disain
yang baik mempunyai titik berat untuk menarik perhatian (center of interst). Ada berbagai cara untuk menarik perhatian
kepada titik berat tersebut, yaitu dapat dicapai dengan melalui perulangan
ukuran serta kontras antara tekstur, nada warna, garis ruang, bentuk atau
motif.susunan beberapa unsure visual atau pengguaan ruang dan cahaya bisa
menghasilkan titik perhatian kepada titik berat suatu ruang, yaitu dengan
beberapa cara sebagai berikut:
1)
Aksentuasi melalui
perulangan, misalnya kain bermotif/kain bergambar dengan beberapa warna, hijau,
dan biru, didekatkan pada kain polos berwarna hijau, maka warna hijau dalam
kain bermotif akan nampak lebih menonjol. Kemudian apabila dekat kain berwarna
biru polos, maka warna biru dalam motif akan lebih menonjol. Dengan demikian
bahwa perulangan unsure disain (contoh di atas) dan perulangan warna dapat
member penekanan pada unsur tersebut.
2)
Aksentuasi
melalui ukuran, suatu unsure bentuk yang lebih besar akan tampak menarik
perhatian karena besarnya. Akan tetapi ukuran dari benda yang menjadi titik
pusat perhatian harus sesuai antara perbandingan dimensi terhadap ruang
tersebut. sedang ruangan yang besar dan tinggi, hendaknya titik berat tidak
tenggelam di dalam kemmegahan ruangan itu. aksentuasi dalam kontras: dalam
ruangan yang sebagian besar terdiri dari tekstur yang halus dan licin, satu
bidang dengan tekstur yang kasar akan
sangat menarik perhatian, karena kontras dengan sekelilingnya. Kontras antara
bidang yang kosong denganbidang yang diisi,bila dipakai untuk mendapatkan
perhatian. Satu lukisan diletakan pada didindinga yang luas dan kosong akan
tampil lebih menonjol daripada dipasng di antara beberapa lukisan atau benda
dekoratif lainnya.
3)
Aksentuasi
melalui susunan : tata letak dari unsure visual dengan benda-benda lain yang
diatur sedemikian rupa sehingga mengerahkan padangan orang ke tempat obje yang
menjadi pusat perhatian. Untuk itu harus menentukan daerah atau bagian dari
suatu ruangan yang akan ditonjolkan, dan daerah yang akan menjadi latar
belakang atau sebagai pelangkap.
4.
Proporsi
Proporsi
dan skala mengacu kepada hubungan antara bagian dari suatu disain dan hubungan
antara bagian dengan keseluruhan. Suatu ruangan yang kecil dan sempit bila diisi
dengan benda yang besar, masif; tidak akan kelihatan baik dan juga tidak
bersifat fungsional. Warna, teksture dan
garis memainkan peranan penting dalam menentukan pproporsi. Warna-warna yang
cerah lebih jelas kelihatan. Tekstur yang memantulkan cahaya atau bidang-bidang
yang bermotif juga akan menonjolkan suatu bidang. Garis-garis vertikal
cenderung membuat suatu benda kelihatan lebih langsing dan lebih tinggi. Garis-garis
horizontal membuat benda kelihatan lebih pendek dan lebar. Jadi proporsi
tergantung kepada tipe dan besarnya bidang, warna, garis, dan tekstur dalam
beberapa area. Dari beberapa prinsip komposisi di atas suatu disain menjadi
berhasil dan lengkap seperti yang diharapkan.
C.
Bahan
dan Media dalam Karya seni rupa tiga dimensi
Sifat
media media tiga dimensi dapat digolongkan menjadi dua yaitu media lunak dan
media keras.
1.
Media lunak yaitu bahan yang digunakan
biasanya mudah untuk dibentuk-bentuk. Media
lunak dapat menggunakan bahan berupa tanah liat, lilin, plastisin, karet,
tepung gipsum (gips), dan fiberglass.
2.
Media keras yaitu bahan yang digunakan
biasanya keras dan susah untuk diubah bentuk kecuali dengan alat tertentu. Media
keras antara lain menggunakan kayu, batu, dan logam (besi, perunggu, kuningan,
emas, dan perak).
D.
Teknik
Karya Seni Rupa Tiga Dimensi
Suatu
karya seni rupa pasti dibuat/dibentuk dengan cara yang berbeda-beda.Teknik
dalam seni rupa tiga dimensi antara lain teknik pahat, teknik butsir, teknik sambung,
teknik cor atau cetak, teknik plester, teknik pijit, dan teknik gulung/pilin (Astuti, 2014).
1.
Teknik pahat
Curving
(memahat) adalah sebuah teknik subtraktif artinya mengurangi material sampai
memperoleh akhir bentuk. Cara mengurangi bahan dengan dipahat, dipotong, atau
dibor. Teknik pahat biasanya digunakan untuk bahan keras, seperti kayu, batu
dan cor semen. Selain itu, alat lain yang dapat digunakan dalam teknik pahat
adalah kapak, golok, gergaji, dan gergaji mesin. Untuk finishingnya dapat
digunakan ampelas, slab, dan furnishing. Contoh karya seni rupa tiga dimensi
yang dibuat dengan teknik pahat adalah Patung.
2. Teknik
putar/butsir
Teknik putar/butsir
adalah pembuatan karya seni rupa 3 dimensi dengan cara menambah atau mengurangi
tanah liat dengan menggunakan suatu alat yang disebut butsir. Alat tersebut
terbuat dari kayu atau kawat yang dibuat pipih agar mudah untuk mengolah dan
membentuk tanah liat. Pada teknik ini butsir yang digunakan memiliki berbagai
bentuk dan ukuran.selain itu juga
digunakan meja putar yang berfungsi untuk meletakkan tanah liat ketika proses
pembutsiran berlangsung. Teknik ini memiliki tingkat kesulitan yang cukup
tinggi karena dibutuhkan ketrampilanmelatih jari-jari dalam membentuk sebuah
bahan dasar menjadi karya seni yang
bercita rasa seni tinggi. Contoh karya seni rupa 3 dimensi yang dibuat dengan cara
butsir yaitu keramik, dan berbagai
peralatan rumah tangga seperti cobek, kendi, cangkir dan sebagainya.
3. Teknik
assembling/sambung
Teknik assembling atau
teknik sambung adalah teknik membuat karya seni rupa tiga dimensi terutama patung
yaitu dengan cara merangkai beberapa benda menjadi komposisi benda baru. Benda-benda
yang telah dirakit menjadi suatu komposisi benda baru tersebut dapat diwarnai
lagi dengan pengecetan atau dibiarkan apa adanya seperti aslinya, atau hanya
dibersihkan saja.
4. Teknik
cetak/cor
Teknik cetak/cor adalah
teknik membuat karya seni rupa dengan cara membuat bentuk model terlebih dahulu
dari tanah liat ataupun lilin kemudian dibuat cetakan dari tepung gips, semen
ataupun karet silikon.
5. Teknik
plester
Teknik plester yaitu
dilakukkan dengan cara menempel atau menambahah dengan menggunakan media semen
dan pendukungnya.
6. Teknik
pijat
Teknik pijat yaitu
teknik membuat karya seni rupa tiga dimensi dengan pijatan jari-jari tangan.
Teknik ini biasanya digunakan dalam pembuatan keramik. Melalui cara sederhana
ini dapat dihasilkan keramik dengan tekstur permukaan yang polos, bersisik atau
berstruktur.
7. Teknik
gulung/pilin
Teknik
gulung/pilin adalah teknik membuat karya seni rupa tiga dimensi dengan cara
membuat gulungan-gulungan yang biasanya dari tanah liat yang dibentuk seperti
pensil atau tali kemudian disusun ke atas sesuai dengan bentuk yang diinginkan.
Proses ini termasuk cukup mudah yaitu tanah liat yang sudah dibuat gulungan
tadi disusun ke atas dengan cara melingkar- lingkarkannya.
8. Teknik Las
Teknik las yaitu membuat karya seni dengan cara
mengunakan bahan satu ke bahan lain untuk mendapatkan bentuk tertentu. Misalnya,
membuat patung kontemporer dengan bahan dasar logam.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Seni rupa tiga dimensi (trimatra)
adalah hasil cipta manusia yang dapat dilihat dan diraba serta memiliki volume
atau seni rupa yang memerlukan ruang, karena mempunyai ukuran panjang, lebar,
dan tebal. Karena seni rupa tiga dimensi tidak mempunyai bidang datar dan tidak
datar, sehingga penempatannya berdiri lepas artinya tidak tergantung pada
dinding sebagai dasarnya, sebagai contohnya patung, seni bangunan (arsitektur)
dan seni terapan misalnya perabotan rumah tangga.
Karya
seni khususnya seni rupa tiga dimensi suatu karya pada dasarnya tercipta bukan
secara tiba-tiba. Penciptaan karya seni tersebut tercipta karena adanya
teknik-teknik dan proses-proses dalam membuatnya. Teknik-teknik tersebut
diantaranya teknik pahat, teknik butsir, teknik sambung, teknik cor atau cetak,
teknik plester, teknik pijit, dan teknik gulung/pilin dan teknik las.
B.
Saran
Membuat suatu karya
seni rupa tiga dimensi hendaknya menggunakan teknik-teknik yang benar.
Teknik-teknik tersebut secara sederhana dapat diaplikasikan kepada anak usia
dini sesuai dengan tahapan kemampuan mereka.
DAFTAR
PUSTAKA
Astuti, Kun Setyaning,
dkk. 2014. Seni Budaya 1. Jakarta:
Yudhistira.
Febrian.
2014. Media Dan Teknik Berkarya Seni Rupa
Tiga Dimensi. http://ilmuakses.blogspot.com/2014/09/media-dan-teknik-berkarya-seni-rupa.html.
Diakses 18 Maret 2015.
Sobandi, Bandi. Karya Seni Rupa Tiga Dimensi. http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._SENI_RUPA/197206131999031-BANDI_SOBANDI/2-BBM_Seni_Rupa_lanjutan/Modul_4/Kb_2_Modul_4.pdf.
Diakses 18 Maret 2015.
Kartika, Dharsono Sony.
2007. Kritik Seni. Bandung: Rekayasa
Sains.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar